BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup di dunia tidak lepas dari masalah kehidupan.Ada yang bahagia, maupun menderita, dan ada yang miskin dan adapula yang kaya.Dari perbedaan masalah tersebut terkadang menyebabkan seseorang mengalami kegoncangan batin, bahkan terkadang merasa putus asa. Untuk itu manusia akan mencoba atau berusaha untuk mencari pegangan atau ide baru, dimana disitu dia bisa merasakan ketenangan jiwa.
Dampak yang paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang dialami oleh manusia. Alienasi muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan, makhluk-Tuhan, aku-yang lain, kapitalis-proletar, dll. Akhirnya terjadilah gejala reifikasi atau pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut.Ini disebut pula objektivikasi, yaitu manusia memandang dirinya sebagai objek, seperti layaknya sebuah benda.
Dalam filsafat kita mengenalnya dengan aliran materialisme.Semakin kuat pengaruh materialisme, semakin kuat pula gejala alienasi (keterasingan) diderita umat manusia. Anda pasti tidak menghendaki filosofi akan berdampak sedemikian menyedihkan. Dan masyarakat dunia Barat adalah yang paling menderita karena materialisme memang berkembang biak sangat subur di sana.
Jika Anda membayangkan bahwa Anda terasing dengan orang-orang di sekitar Anda, mungkin Anda bisa mengalihkannya dengan sibuk dengan diri sendiri.Tetapi, bagaimana jika Anda terasing dengan diri Anda sendiri?Degradasi moral sering terjadi karena manusia tidak mampu mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini.Narkotika, seks bebas, bahkan bunuh diri sering menjadi pelarian.Hidup tampaknya menjadi tidak berarti lagi. Mereka yang tertolong atau segera menemukan pencerahan dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan memeluk suatu keyakinan yang baru. Suatu keyakinan yang akan membuat hidupnya terasa lebih berarti, hidup yang bertujuan, yaitu kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah, atau konversi.Dalam bahasa agama disebut pertobatan (taubat, metanoia).
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dapat memahami lebih dalam apa itu konversi agama. Apa-apa saja faktor penyebabnya, dan bagaimana proses terjadinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONVERSI AGAMA
Konversi Agama( Religious Conversion ) secara umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Konversi Agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan; proses itu bisa teerjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.[1]
1. Pengertian Konversi Agama Secara Etimologi
Konversi agama berasal dari kata lain “conversio” Yang berarti: Tobat, pindah, berubah(agama). Selanjutnya kata tersebut dipakia dalam bahasa Inggris Conversion yang mengandung pengertian: Berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain.
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian: Bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
2. Pengertian Konversi Agama Secara terminologi
1. menurut Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompol orang masuk atau pindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
3. Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya[2]
4. Jamesmengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: “to be converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon religious realities”. “berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama”.[3]
5. Clark , memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.[4]
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu koversi agama yang dimaksudkan uraian di atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
1. Adanya perubahan arah pandangan atau keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi karena berproses atau secara mendadak.
3. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatau agama keagama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4. Selain faktor kejiwwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[5]
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KONVERSI AGAMA
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi.William James dan Max Heirich banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut.
Dalam bukunya tersebut diuraikannya pendapat dari para ahli yang terlibat dalam disiplin ilmu masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
1. Para ahli agama mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperanan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.[6]
2. Para ahli sosiolog berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain :
a. Pengaruh hubungna antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama(kesenian, ilmu pengetahuan, ataupun bidang kebudayaan lain).
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin.
Misalnya: menghadiri upacara keagaman ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal ataupun nonformal.
c. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang dekat misalnya: karib, famili, dan sebagainya.
d. Pengaruh pemimpin keagamaan.
Hubungan baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor pendorong koversi agama
e. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
f. Pengaruh kekuasaan pemimpin
Yang dimaksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.Masayrakan umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh Kepala negara atau Raja mereka.
Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara persuasif (ajakan/tidak memaksa)dan pengaruh yang bersifat koersif ( paksaan).
3. para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern (gejala batin[7]) maupun ekstern(lingkungan sosial[8]).
Dalam uraian Willian James yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut:
a. Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam suatu ide yang bersemi secara mantap.
b. Konversi dapat terjadi oleh karena suatu proses ataupun secara mendadak.[9]
c. Konversi agama dapat terjadi oleh 2 faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
· Kepribadian
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
· Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran.Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa.Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.
2. Faktor Ekstern
· Keluarga
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
· Lingkungan
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.
· Perubahan Status
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi agama.Apalagi perubahan itu terjadi secara mendadak.Seperti perceraian atau kawin dengan orang yang berlainan agama.
· Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
4. para ahli pendidikan berpeendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan berargumen bahwa suasana pendidikan iut mempengaruhi konversi agama.Wlaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah yayasan agama tentu mempunyai tujuan keagamaan pula.[10]
C. PROSES KONVERSI AGAMA
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dari bangunan sebelumnya.
Demikian pula seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya(agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secaca spontan pula sama ditinggalkan sama sekali. Segala bentu kepercayann batin terhadap kepercayaan lama seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa: perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk: merenung , timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya.Umumnya apabila gejala tersebut sudah dialami seseorang atau kelompok maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin itu. Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang dipilih tersebut meerupakan pertaruhan terhadap masa depannya sehingga ia merupakan pegangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihan terhadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan ada dalam pendangan hidup yang dipilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi pula nilai bakti yang diberikannya.[11]
M.T.L Penido berpendapat, bahwa konversi agama mengandung 2 unsur yaitu :
a. Unsur dari dalam diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok.
b. Unsur dari luar diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dari luar diri atau kelompok.
Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan.
Jadi, disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin.
Seiring dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan digantikan dengan yang baru sebagai hasil pilihan yang dianggap benar.
Dalam hal ini Dr. Zakiah Drajat memberikan pendapatnya bahwa proses kejiwaan dapat terjadi melalui 5 tahap yaitu :
1. Masa Tenang
Masa dimana kondisi jiwa seseorang masih berada dalam keadaan tenang.Sebab masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
2. Masa Ketidaktenangan
Masa ini jiwa seseorang telah dipengaruhi oleh masalah agama.Ini dapat disebabkan karena suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya.Sehingga menimbulkan kegoncangan dalam batinnya dan menyebabkan seseorang menjadi putus asa, gelisah dan bimbang. Dan pada masa inilah timbul proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi masalah batinnya.
3. Masa Konversi
Disaat seseorang mengalami masalah kemudian menemukan hal baru atau kepercayaan baru sehingga konflik batin yang dialaminya mengalami keredaan.Karena dengan kemantapan batin yang berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah.Bagi dirinya hal ini memberikan makna bisa menciptakan ketenangan batin dan bisa menerima kondisi yang dialaminya.Sebagai petunjuk dari Allah SWT.Dan ini dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya.Sehingga terjadilah konversi agama.
4. Masa Tenang dan Tentram
Masa inilah masa kepuasan bagi seseorang terhadap keputusan yang sudah diambil.Itu timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan dalam menerima konsep baru.
5. Masa Ekspresi Konversi
Seseorang yang telah menemukan kepercayaan baru dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidupnya, maka dia akan memulai konsep baru dari ajaran kepercayaan yang telah diyakininya tersebut, maka sikap hidupnya pun mulai diselaraskan dengan ajaran dan peraturan dari agama yang dipilih tersebut.[12]
Diawal-awal terjadinya perubahan itu, setiap diri merasakan kegelisahan batin sulit untuk menentukan secara spontan mana yang harus diikuti.
Kesulitan seperti itu adalah wajar, karena agama sebagai keyakinan menyangkut sisi-sisi kehidupan batin seseorang yang berkaitan dengan nilai.
Bagi manusia nilai adalah suatu yang dianggap benar dan menyangkut pandangan hidup.Oleh karena itu, selain peka, nilai juga merupakan sesuatu yang perlu dipertahankan oleh seseorang. Bahkan, pada tingkat yang paling tinggi pemeluk keyakinan itu akan rela mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan nilai itu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konversi agama adalah berpindahnya kepercayaan seseorang dari yang lama ke kepercayaan yang baru. Ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Faktor Intern
- Kepribadian
- Pembawaan
b. Faktor Ekstern
- Keluarga
- Lingkungan
- Perubahan Status
- Kemiskinan
Dalam proses terjadinya konversi agama terjadi dalam 5 tahap antara lain :
1. Masa Tenang
2. Masa Ketidaktenangan
3. Masa Konversi
4. Masa Tenang dan Tentram
5. Masa Ekspresi Konversi
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan.Oleh karena itu, kepada pembaca penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah. Ilmu Jiwa Agama.Jakarta : Bulan Bintang.
Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama.Jakarta : Rajawali Pers.cet 2007.
Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama.Jakarta : Rajawali Pers.cet 1996.
Suryabrata, Sumadi. Pengukuran Dalam Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali. 1982.
http://hbis.wordpress.com/2009/12/12/konversi-agama-psikologi-agama/, diambil pada 8:15PM 10 Oktober 2011
http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama-1/, diambil 10 Oktober 2011
[1]Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama(Jakarta : Rajawali Pers. 1996)hal.245
[3]James, Ibid,
[6]Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama(Jakarta : Rajawali Pers. 1996)hal.247
[7]Kepribadian , faktor bawaan, tekanan batin, dll
[8]Tempat tinggal, perubahan status seperti pekerjaan,jabatan,perkawinan,dll, dan kemiskinan
[9]William James, The Varieties Of Religious Experience(new york: 1958)
[10]Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama(Jakarta : Rajawali Pers. 1996)hal.251
[11]Ibid,hal.252
[12] Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang. 1970.